Jumat, 08 Maret 2013

Kontener Kayu

CuHaPi (Curahan Hati dan Pikiran) ZS
Jum'at, 8 Maret 2013

Pulang kuliah dengan menumpang Metromini 52 (Pd.Kopi-Tebet) adalah pilihan yang juga aku suka-selain naik Commuter Line, karena aku bisa melihat, merasakan, bagaimana menjadi rakyat kelas bawah. Dari Metromini ini aku bisa menuliskan menyaksikan banyak hal tentang fenomena sosial khusunya tentang ketimpangan sosial.

Minggu ini, infotainment sibuk memberitakan artis papan atas yang siap menghadiahi anaknya mobil mewah jika lulus dari sekolah menengah atas. Anak pejabat dituntut ringan dalam pengadilan, padahal gara-gara mobil mewahnya telah menghilangkan nyawa orang lain. Tetapi malam ini di bawah jembatan fly over Kp.Melayu, aku melihat anak-anak pemulung kisaran usia 12-15 tahun menarik 'kontener kayu' alias gerobak. Seharusnya usia-usia seperti ini mereka gunakan untuk fokus belajar dan merancang masa depan, terlebih lagi di malam seperti ini harusnya mereka istirahat, tetapi malah digunakannya untuk bekerja menyusuri jalan dengan gerobak mencari barang bekas berupa plastik bekas minuman, kardus dan lain-lain, sungguh ironis.

Ini ketimpangan yang sungguh luar biasa, harusnya klasifikasi sosial (kelas atas, menengah dan bawah) disikapi dengan rasa saling menjaga hati bukannya makin menunjukkan ke-AKU-an nya. Si kaya jangan semena-mena menggunakan "kepunyaannya" untuk membeli ini dan itu tanpa memikirkan perasaan mereka yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, bergaya hidup ala Barat menikmati Kota Jakarta. Dan jangan dengan alasan membentuk karakter, diedukasi keturunannya melalui cara yang berlebihan. Ingat, si miskin juga punya hati dan perasaan maka berhati-hatilah, sesungguhnya di dalam harta yang anda miliki ada hak orang lain.

Masalah sosial ini harus menjadi tanggung jawab kita semua, terlebih lagi pemerintah yang punya kekuasaan untuk mengatur dan menentukan kesejahteraan rakyatnya. Mari mulai saat ini, pandai-pandailah menjaga perasaan. Dan buat pemerintah, bekerja lah karena program dan tujuan keberhasilan (kesejahteraan rakyat), bukan bekerja karena citra dan kepentingan golongan. Dan jangan lupa amanat UUD 1945, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Bulan depan tak berharap ku lihat lagi "Kontener Kayu" di malam hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar